Tugas Negara dalam Mewujudkan Keadilan Ekonomi di Negara Demokrasi

khusnul Khuluq aktivis imm dan intelektual muda muhammadiyah

Modernis.co, Jambi – Pada awalnya, demokrasi adalah antitesis atas monarkisme. Di mana monarkisme adalah sistem yang tertutup. Bebas dari kontrol.

Sebetulnya, sistem tertutup tidak menjadi masalah jika surplus etik. Yang artinya ada keinginan kuat untuk menciptakan dan mendistribusikan keadilan. Namun, menjadi persoalan jika kekuasaan tertutup itu defisit soal etik.

Kekuasaan yang tertutup yang defisit etik membahayakan warga negara. Karena kekuasaan bisa melakukan apa saja tanpa adanya protes. Demokrasi, lahir sebagai antitesis atas sistem tersebut. Sistem yang terbuka untuk menggantikan sistem yang tertutup.

Demokrasi adalah sistem terbuka yang memungkinkan semua pihak ikut andil dalam menjalankan kekuasaan. Di sisi lain, demokrasi juga adalah sistem terbuka yang memungkinkan pihak lain menyusup melalui banyak celah yang terbuka.

Memang, demokrasi adalah sistem pemerintahan dari rakyat untuk rakyat. Yang artinya, peran eksekutif dibatasi oleh keinginan rakyat itu sendiri.

Demokrasi memang sistem yang baik. Dengan syarat ada rasionalitas yang cukup. Dalam konteks demokrasi, rasionalitas ibarat bahan bakar yang membuat demokrasi berjalan. Tanpa rasionalitas, demokrasi akan menjadi barang mangkrak.

Karena sifatnya yang terbuka, sistem ini sangat kondusif bagi kapitalisme. Yakni akumulasi nilai yang tidak terkontrol.

Ingat, salah satu unsur penting dalam demokrasi adalah pengakuan dan perlindungan atas hak milik. Ini yang membuat sistem ini kondusif bagi kapitalisme.

Di dalam sistem demokrasi, orang bebas saja menguasai faktor produksi. Yang artinya, monopoli adalah hal yang dikatakan wajar. Di dalam sistem demokrasi, orang bebas saja menumpuk kekayaan berapapun. Tanpa takut untuk dirampas.

Salah satu poin penting demokrasi juga adalah kebebasan. Dalam konteks ekonomi, kebebasan bisa menjelma menjadi kebebasan berusaha. Yang artinya, orang diberi kebebasan untuk melakukan pengembangan ekonomi seperti apa saja. Termasuk juga kebebasan bagaimana caranya.

Artinya, orang bebas memiliki faktor produksi dan bebas menentukan jumlah produksi dan kapan waktunya. Ini sangat berbeda dengan sistem ekonomi sosialisme. Di mana produksi dilakukan secara terpusat di bawah satu komando.

Kebebasan berusaha dan perlindungan atas hak milik membuat pelaku ekonomi bebas melakukan produksi. Jika mampu silahkan. Hal ini memunculkan ketimpangan ekonomi. Mereka yang kuat akan terus berkembang. Sebaliknya, yang lemah akan semakin lemah. Ini sisi buruk kapitalisme.

Apakah kapitalisme selalu buruk? Tidak betul sepenuhnya. Ingat mengapa sosialisme meredup? Sosialisme meredup karena tidak ada gairah untuk melakukan produksi. Karena seseorang dituntut untuk secara sukarela melakukan produksi.

Jadi, dalam sistem sosialisme, hasil produksi nilai yang dilakukan seseorang harus rela untuk ditampung dalam satu wadah. Dan kemudian dibagi dengan yang lain secara merata.

Pengakuan atas hak milik juga adalah benda yang haram dalam sosialisme. Ini yang membuat individu tidak bisa memiliki faktor produksi. Faktor produksi adalah benda yang hanya bisa dimiliki oleh negara. Jadi, negara adalah satu-satunya pelaku ekonomi.

Satu pertanyaan. Apakah negara mampu menghidupi seluruh warga negara? Ini juga faktor yang cukup signifikan yang membuat sosialisme meredup. Secara sederhana, negara tidak cukup mampu melakukan produksi untuk memenuhi kebutuhan seluruh warga negara.

Di dalam sistem ekonomi kapitalisme, di mana setiap individu boleh memiliki faktor produksi, ekonomi bisa berjalan bahkan tanpa andil negara sekalipun. Karena negara bukan satu-satunya pelaku ekonomi. Atau bahkan bukan pelaku ekonomi.

Jadi, demokrasi adalah sistem yang kondusif bagi kapitalisme. Dengan itu, negara juga tidak perlu bersusah payah untuk menggerakkan ekonomi. Namun, di sisi lain, dampak dari kapitalisme adalah ketimpangan ekonomi yang kerap kali juga meresahkan.

Karena itu, dalam sistem demokrasi, peran negara adalah melakukan intervensi ekonomi. Dia tidak perlu susah payah menjadi pelaku ekonomi. Cukup melakukan kontrol ekonomi untuk memastikan keadilan terdistribusi dengan baik.

M. Khusnul Khuluq
M. Khusnul Khuluq

Muhammad Khusnul Khuluq, S.Sy., M.H. Alumnus Jurusan Syariah Universitas Muhammadiyah Malang tahun 2015. Peraih The Asia Foundation Scholarship of Master Program on Syaria and Human Right Studies.

Related posts

Leave a Comment